Selagi balatentara Islam berperang kalah menang di beberapa penjuru bumi, sementara itu kota Madinah berdiam seorang ahli hikmat dan filosof yang mengagumkan yang dari dirinya memancar mutiara yang cemerlang dan bernilai.
Ia senantiasa mengucapkan kata-kata kepada masyarakat sekelilingnya,: "Maukah anda sekalian, aku kabarkan amalan-amalan yang terbaik, amalan yang bersih di sisi Allah dan paling meninggikan derajat anda, lebih baik daripada memerangi musuh dengan menghantam batang leher mereka, lalu mereka pun menebas batang leher anda, dan malah lebih baik dari uang mas dan perak...?"
Para pendengarnya sama menjulurkan kepala mereka ke muka karena ingin tahu, lalu segera menanyakan: "Apakah itu wahai Abu Darda'...?" Abu Darda' memulai bicaranya dengan wajah berseri-seri, di bawah cahaya iman dan hikmat, lalu menjawab: "Dzikrullah...."- menyebut serta mengingat nama Allah- "Wa-ladzikrullahi akbar" - dan sesungguhnya dzikir kepada Allah itu lebih utama.
Abu Darda r.a. ahli hikmat yang besar di zamannya itu, adalah seorang insan yang telah dikuasai oleh kerinduan yang amat sangat untuk melihat hakikat dan menemukannya, karena itu ia telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan iman yang teguh, maka ia merasa yakin dan percaya pula bahwa iman ini dengan segala tindak lanjutnya berupa kewajiban dan pengertian, merupakan jalan yang utama dan satu-satunya untuk mencapai hakikat itu.
Abu Darda dalam melawan hawa nafsu dan mengekang dirinya untuk memperoleh mutiara batin yang sempurna telah mencapai tingkatan yang tertinggi, yaitu tingkatan tafani rabbani memusatkan fikiran, perhatian dan amaliahnya kepada pengabdian menjadikan seluruh kehidupannya semata bagi Allah Rabbul 'alamin.
Dan sekarang marilah kita mendekati ahli hikmat dan orang suci itu! Tidakkah anda perhatikan sinar yang bercahaya-cahaya di sekeliling keningnya? Dan tidakkah anda mencium bau yang semerbak yang tertiup dari arahnya? Itulah dia cahaya hikmat dan harumnya iman! Dan sesungguhnya iman dan hikmat telah bertemu pada laki-laki yang rindu kepada Tuhannya ini, suatu pertemuan bahagia, kebahagiaan tiada taranya.
Pernah ibunya ditanyai orang, tentang amal yang di senangi Abu Darda, lalu dijawabnya : "Tafakur dan mengambil i'tibar atau pelajaran!"
ADS HERE !!!